PENDIDIKAN JARAK JAUH
A.
Pendahuluan
Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran dunia pendidikan
untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai cara yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Untuk saat ini tidak ada lagi
alasan yang mengatakan bahwa untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik sangat sulit karena saat ini perkembangan
teknologi sangat pesat sehingga sangat memungkinkan seluruh kalangan masyarakat
bisa mendapatkan pendidikan, baik secara formal maupun non-formal.
Datangnya
millennium ketiga ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat
pesat. Perkembangan tersebut melahirkan suatu paradigm baru dalam dunia
pendidikan. Proses pembelajaran yana selama ini diidentikkan dengan proses
dalam ruang tertutup disertai kehadiaran guru/dosen, mulai menemukan modus
lain. Munculnya berbagai media yang terkait dengan pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan teknologi memungkinkan proses pembelajaran dilakukan
dengan sistem terbuka dan jarak jauh. Hal ini memberikan kemudahan yang
memungkinkan teratasinya berbagai kendala, terutama ruang dan waktu. Oleh
karena itu, tidak diherankan lagi, pendidikan jarak jauh ini banyak diterapkan
kan diberbagai Negara.
Di Indonesia,
sistem pendidikan jarak jauh telah diterapkan sejak tahun 1950-an. Sistem
pendidikan konvensional diras tidak lagi mampu mengakomodasi kebutuhan akan
pendidikan dan sumber daya manusia terdidik. Oleh karena itu, metode pendidikan
jarak jauh dirasa mampu mereduksi kendala yang bersifat geogarfis (seperti
jarak), demografis (seperti usia), dan ekonomis (seperti biaya) yang mejadi
pilihan yang tak terelakkan.
B.
Pengertian
Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh (PJJ) berkembang sudah lama sebelum
kita di Indonesia menggunakannya. Banyak definisi yang digunakan untuk PJJ.
JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi
PJJ yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Menurut dia ada enam unsur
dasar pengertian (six defining elements) Pendidikan Jarak Jauh yang dapat
diketengahkan, yaitu:
- Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan PJJ dari pendidikan konvensional.
- Adanya lembaga yang mengelola PJJ. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti PJJ dari orang yang belajar sendiri (self study).
- Digunakannya media ( biasanya media tercetak) sebagai sarana untuk menyajikan isi pelajaran.
- Diselenggarakannya system komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat darinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
- Pada dasarnya PJJ itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Pembelajaran
jarak jauh adalah proses pembelajaran yang terjadi tetapi guru dan siswa tidak
bertatap muka dan menggunakan media tertentu sebagai alat pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
C.
Sistem
Pendidikan Jarak Jauh
Sistem
pendidikan jarak jauh pada awalnya berbentuk pendidikan koresponden. Pendidikan
koresponden mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai suatu bentuk pendidikan
orang dewasa. Proses pembelajaran dalam pendidikan koresponden terjadi melalui
bahan ajar cetak dikombinasikan dengan komunikasi tertulis antara pengajar dan
siswa.
Sistem pendidikan jarak jauh adalah metode pengajaran
dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas
belajar. Sebagian besar karena siswa bertempat tinggal jauh atau terpisah dari
lokasi lembaga pendidikan. Sebagian karena alasan sibuk sehingga siswa yang tinggalnya
dekat dari lokasi lembaga pendidikan tidak dapat mengikuti proses pembelajaran
di lembaga tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar
adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh. Sistem pendidikan jarak jauh
merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan.
Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat beberapa
diantaranya; keterbatasan tenaga pengajar, jarak antara lembaga pendidikan dan
siswa yang berjauhan, kelangkaan pengajar berkualitas, dan lain - lain.
Sebagaimana sistem pendidikan langsung atau konvensional,
sistem pendidikan jarak jauh juga membutuhkan sarana prasarana penunjang
pendidikan, agar tujuan umum pendidikan bisa diwujukan sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Sarana penunjang biasanya berupa modul-modul pelajaran yang
dikirim kepada siswa. Sarana bisa juga berbasis teknologi informasi. Munculnya
teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini sangat
membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan munculnya berbagai pendidikan
secara online atau web-school atau cyber-school, dengan menggunakan fasilitas
internet.
D.
Masalah
Yang Timbul Dalam Pendidikan Jarak Jauh
Ada beberapa masalah yang muncul
dalam pendidikan jarak jauh, salah satunya adalah Pendidikan
jarak jauh merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
pembelajar untuk belajar secara terpisah dari kegiatan mengajarnya, sehingga
komunikasi antara pembelajar dan pengajar harus dilakukan dengan bantuan media,
seperti media elektronik atau media cetak. Akibat terpisahnya ini, muncul
masalah, yaitu pembelajar dalam melakukan kegiatan belajarnya tidak mendapatkan
pengawasan langsung secara terus menerus dari pengajar atau tutor yang hadir di
ruang belajar atau di lingkungan sekolah. Namun demikian, pembelajar
mendapatkan perencanaan, bimbingan, dan pengawasan dalam proses pembelajarannya
dari lembaga pendidikan yang mengelola atau mengatur pendidikan jarak jauh itu.
Menurut Moore (1983) jarak antara
siswa dan guru dalam pendidikan jarak jauh tidak hanya dipandang dari segi
jarak fisik dan geografis saja melainkan harus dilihat sebagai jarak komunikasi
dan psikologis yang disebabkan karena keterpisahan siswa dan guru. Dewey dalam
Moore (1903) menjelaskan bahwa transaksi pendidikan merupakan interaksi antara
individu; lingkungan dan prilaku yang terjadi dalam situasi tertentu. Transaksi
pendidikan dalam sistem PJJ terjadi antara siswa dan guru dalam situasi yang
bersifat khusus yaitu keterpisahan mereka satu dari lainnya. Jarak transaksi
dalam sistem pendidikan jarak jauh merupakan jarak komunikasi dan jarak
psikologis antara siswa dan guru. Jarak transaksi ini dapat mengakibatkan
perbedaan persepsi mengenai konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media dan
pemahaman siswa mengenai konsep itu. Oleh karena itu jarak itu perlu
dijembatani supaya perbedaan persepsi itu berkurang atau hilang. Menurut Moore
(1983, 1996) jarak transaksi itu dapat dijembatani melalui komunikasi dan
percakapan (dialogue). Dialog atau komunikasi pembelajaran dapat mengurangi
jarak transaksnya. Artinya makin mudah dan makin sering guru dan siswa
berinteraksi makin kecil kemungkinan terjadinya kesalah pahaman dalam
menafsirkan isi pelajaran. Jadi dalam sistem PJJ ini adanya interaksi aktif
antara siswa dan guru itu sangat penting supaya proses belajarnya dapat
terjadi.
Moore (1983, 1996) juga mengatakan bahwa media yang
digunakan untuk menyajikan isi pelajaran itu sangat mempengaruhi ada tidaknya
komunikasi, dialog, atau interaksi antara guru dan siswa. Kalau media yang
digunakan adalah TV, radio, atau buku kesempatan siswa untuk berkomunikasi,
berdialog, atau berinteraksi dengan guru sangat kecil, kalau media yang
digunakan adalah audio confrence, video conference atau internet kesempatan
bagi siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru secara
relatif jauh lebih besar. Dengan perkataan lain, bila media yang digunakan itu
internet jarak interaksi antara siswa dan guru kecil karenanya komunikasi dapat
sering dilakukan sehingga kesalahpahaman penafsiran isi pelajaran semakin
kecil.
E.
Solusi
Sampai saat ini pembelajaran yang masih banyak digunakan
dalam sistem pendidikan jarak jauh terutama adalah media cetak berupa bahan
belajar mandiri yang biasa disebut modul. Media ini seringkali ditunjang dengan
media radio, TV, kaset audio, dan kaset video. Seperti yang telah dibicarakan
pada bagian sebelumnya media tersebut di atas kurang memberikan kesempatan
kepada siswa dan guru untuk saling berinteraksi, karena itu menyebabkan adanya jarak transaksi
yang besar. Artinya media tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru. Akibatnya siswa
yang mendapatkan kesulitan dalam memahami isi pelajaran tidak dapat menanyakan
kesulitan itu kepada guru. Dengan demikian kalau siswa salah dalam menafsirkan
isi pelajaran, kesalahan itu akan disimpannya dan dibawanya terus sebelum ada
orang yang memberi penjelasan mengenai penafsiran yang benar. Telah banyak
usaha yang dilakukan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
Usaha itu antara lain berupa layanan bantuan belajar melalui tutorial. Dalam
kegiatan ini guru atau tutor memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan atau mendiskusikan kesulitan belajar yang mereka hadapi. Guru akan
memberikan bantuan dalam memecahkan masalah itu dengan memberikan penjelasan
atau mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Tutorial dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya tutorial tatap muka, tutorial melalui surat-menyurat,
tutorial melalui telepon, tutorial melalui audio konference atau video
conference. Untuk mengatasi masalah pembelajar
dalam melakukan kegiatan belajarnya tidak mendapatkan pengawasan langsung
secara terus menerus dari pengajar atau tutor yang hadir di ruang belajar atau
di lingkungan sekolah maka bisa dilakukan dengan sistem pembelajaran melalui
internet.
Dalam sistem
pembelajaran melalui internet isi pelajaran disampaikan secara on-line. Karena
itu sistem pembelajaran ini seringkali disebut pembelajaran secara on-line.
Dalam sistem pembelajaran ini semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa
menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka dapat berinteraksi
satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas
biasa. Karena dalam sistem pembelajaran ini tidak ada ruang kelas atau kampus
secara fisik maka sistem ini seringkali disebut virtual learning, virtual
classroom, atau virtual campus (Potter, 1997). Selain dari pada itu, karena
proses pembelajaran, dalam menggunakan internet, maka sistem ini juga sering
disebut e-learning.
Virtual learning ini banyak diminati orang karena potensi
yang dimilikinya untuk membuat proses belajar menjadi efektif.
Potensi yang utama adalah dapat memberikan peluang bagi
siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan teman, maupun dengan bahan
belajarnya. Siswa dapat berkomunikasi
dengan gurunya melalui e-mail. Komunikasi ini bersifat orang perorang. Siswa
dapat mengajukan pertanyaan kapan saja dia mau. Guru akan menjawab secepat
mungkin sesuai dengan waktu yang dimilikinya. Cara berkomunikasi seperti ini jauh
lebih cepat dari pada komunikasi yang dilakukan melalui pertemuan tatap muka. Siswa
dapat berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya secara bersama-sama melalui
papan bulletin. Dalam proses ini guru juga dapat melontarkan pertanyaan tadi
kepada siswa yang lain. Siswa yang lain dapat memeberikan jawaban yang akan
dibaca oleh seluruh anggota kelas. Komunikasi antara siswa dan guru atau antara
siswa dengan siswa lain itu dapat dilakukan secara tidak bersamaan waktu
(a-synchronous) maupun secara bersamaan waktu (synchronous). Komunikasi yang
dilakukan dalam waktu yang bersamaan (synchronous) dapat dilaksanakan melalui
forum diskusi secara on-line. Diskusi semacam itu dilakukan menurut jadwal
waktu yang disepakati. Dengan demikian pada waktu yang sama semua peserta
diskusi akan membuka internetnya. Masing-masing akan dapat membaca informasi
yang masuk dan pada waktu itu juga akan dapat memberikan tanggapan.
Komunikasi antara
siswa dengan isi pelajaran akan terbiasa untuk mempelajari sendiri bahan ajar
yang disajikan secara on-line. Karena bahan belajar on-line itu biasanya
disertai dengan tes mandiri, siswa akan dapat menguji kemajuan belajar dirinya
sendiri. Bila siswa memerlukan pengayaan bahan belajar siswa juga dapat mencari
sumber bacaan yang sesuai melalui internet. Hal tersebut akan membiasakan siswa
mencari informasi dan sumber belajar sendiri, tidak menunggu diberikan oleh
guru. Karena itulah proses pembelajaran on-line ini sering kali disebut juga
resource based learning atau belajar berbasis sumber.
Guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui
internet. Guru akan dapat melihat kapan siswa belajar, topik apakah yang
dipelajari, berapa lama ia mempelajarinya, berapa kalikah ia mempelajari ulang
topik itu. Guru juga dapat melihat apakah siswa mengerjakan latihan soal dapat
dikerjakan dengan betul. Berapa sekornya dan sebagainya. Pada saat mengerjakan
latihan, siswa akan segera mengetahui apakah jawaban yang diberikan betul atau
salah. Karena program on-line akan segera memberikan umpan baliknya. Dengan
demikian siswa akan genbira mendapatkan umpan balik itu dan akan termotivasi
untuk belajar lebih lanjut. Virtual learning dapat menyajikan pelajaran dengan
cara yang menarik. Kelas virtual itu harus dilengkapi dengan peralatan (tool)
yang dapat digunakan untuk mencari dan mengirimkan pesan kepada guru atau
sesama siswa. Sebagai contoh, bila siswa ingin mempelajari buku atau dokumen
tertentu yang berkaitan dengan palajaran yang sedang dipelajari, bahan belajar
tersebut harus dapat diakses secara on-line. Kelas tersebut harus dapat menyatukan siswa
dan guru supaya mereka bersikap terbuka untuk berbagi informasi dan bertukar
gagasan. Mungkin siswa dan guru dalam kelas virtual tidak pernah berjumpa satu
dengan lainnya, tetapi kalau mereka sering berdialog jarak komunikasi dan jarak
psikologisnya (jarak transaksinya) menjadi kecil. Dalam situasi seperti ini
kemungkinan terjadi kesalahan dalam menafirkan isi pelajaran juga kecil.
Kelas virtual juga perlu dirancang supaya siswa dapat
berbagi (share) hasil karya dan bertukar pengalaman dalam menerapkan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Misalnya konferensi jarak jauh atau
desktop video conference dapat digunakan untuk ceramah atau penyajian. Simulasi
seperti ini harus dirancang untuk dapat memperoleh umpan balik, sehingga dapat
diketahui apakah penerapan pengetahuan yang disimulasikan tersebut benar atau
salah. Kelas virtual ini juga dapat memberikan tugas perorangan kepada setiap
siswa melalui e-mail. Pekerjaan siswa yang dikirimkan kepada guru melalui e-mail
diperiksa oleh guru, diberi komentar, dan diberi nilai. Komentar dan nilainya
dikirimkan ke siswa melalui e-mail.
F.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan pesatnya perkembangan teknologi
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam dunia pendidikan terutama dalam
pendidikan jarak jauh. Seperti masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah pembelajar dalam melakukan kegiatan belajarnya tidak
mendapatkan pengawasan langsung secara terus menerus dari pengajar atau tutor
yang hadir di ruang belajar atau di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, usaha
yang bisa dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi pengawasan kegiatan belajar
jarak jauh ini adalah menggunakan sistem belajar internet. Karena dalam sistem pembelajaran ini
tidak ada ruang kelas atau kampus secara fisik maka sistem ini seringkali
disebut virtual learning, virtual classroom, atau virtual kampus yang
memungkinkan guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui internet.
Guru akan dapat melihat kapan siswa belajar, topik apakah yang dipelajari,
berapa lama ia mempelajarinya, berapa kalikah ia mempelajari ulang topik itu.
Guru juga dapat melihat apakah siswa mengerjakan latihan soal dapat dikerjakan
dengan betul. Berapa sekornya dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Belawati, tian, dkk. (1999). Pendidikan terbuka dan jarak jauh.
Jakarta: Universitas terbuka.
Ida ananda. ” program pendidikan
jarak jauh ”. (http://www.pendidikantinggiidaananda.blogspot.com/2009/02.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar