TUGAS INDIVIDU
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KTSP
MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dosen pengampu
Prof. M. DIAH M.Pd
Oleh :
JUMIATI
NIM :
1109854
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
KERJA SAMA FKIP UNIVERSITAS RIAU DENGAN UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Istilah kurikulum ini
sebenarnya tidaklah istilah baru – akan tetapi cara kita memahaminya dan
berteori tentangnya berubah-ubah dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun ini
– dan tentang maknanyapun masih tersisa perdebatan. Akar katanya berasal dari
bahasa Yunani yang artinya jalur (track) untuk berpacu lari. Secara harfiah
maknanya adalah mata pelajaran. Dalam bahasa Latin, kurikulum adalah jalur (track) untuk berpacu lari; curre artinya berlari. Titik tolak
penting bagi kita di sini bisa jadi defenisi yang ditawarkan oleh John Kerr dan
yang digunakan oleh Vic Kelly dalam karya standarnya tentang masalah ini. Kerr
mendefenisikan kurikulum sebagai “Semua pembelajaran yang direncanakan dan
dibimbing oleh sekolah, apakah itu dilaksanakan secara berkelompok atau secara
individual, di dalam atau di luar sekolah” (kutipan di dalam Kelly 1983; lihat
juga Kelly 1999).
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama
Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Pengembangan
KTSP (KTSP) berdasarkan SNP memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji
berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap
tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan SK dan KD; analisis mengenai
kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; serta analisis
peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada masa yang akan datang
dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi.
2.
Masalah yang dikaji
KTSP merupakan singkatan
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Dimana dari tim pusat hanya memberikan
rancangan dari kurikulum, sedangkan untuk pengembangannya diberikan kebebasan
pada sekolah masing-masing sesuai dengan potensi, karakteristik sekolah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik sekolah atau komite
sekolah, Madrasah atau komite madrasah. Adapun dalam mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan
standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK, serta
Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI,MTs, MA,
MAK.
KTSP
merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum yang telah ada agar lebih
familier dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan untuk memiliki tanggung
jawab yang memadai. Dimana penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan ini
dimaksudkan agar Sistem Pendidikan Nasional selalu relevan dan kompetitif
sehingga sejalan dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan Standar Nasional
Pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun landasan yang mendasari adanya
KTSP ini yaitu UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, PP No. 19/2005 tentang SPN,
Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006 tentang
Standar Kompetensi. Sedangkan implementasinya berdasarkan pada Peraturan
Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang
SI dan No. 23 tentang SKL.
Dalam implementasinya, terdapat beberapa model pengembangan KTSP, antara lain:
Dalam implementasinya, terdapat beberapa model pengembangan KTSP, antara lain:
1. Student-Centered Activities
Artinya bahwa kegiatan-kegiatan yang
terpusat pada peserta didik sehingga menciptakan iklim belajar yang kondusif
yang dapat membangkitkan nafsu, semangat belajar. Dengan adanya iklim belajar
yang kondusif akan memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar.
Sebaliknya, iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan
dan rasa bosan. Adapun iklim belajar yang kondusif dapat ditunjang dengan
beberapa fasilitas, seperti: sarana Laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan
dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di
antara peserta didik itu sendiri, penataan organisasi dan bahan pembelajaran
secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
2. Student Activity and Thinking
Skill
Artinya model pendekatan berdasarkan
pada aktivitas kete rampilan berpikir peserta didik. Pengembangan KTSP
memerlukan ruangan yang fleksibel, serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik. Sebagai contoh, luas ruangan dengan jumlah peserta didik perlu
diperhatikan. Jika pembelajaran dilakukan di ruangan tertutup atau di tempat
terbuka perlu diperhatikan gangguan-gangguan yang datang dari lingkungan
sekitar. Sarana media pembelajaran juga perlu diatur dan ditata sedemikian
rupa. Demikian halnya dengan penerangan jangan sampai mengganggu aktifitas
belajar.
3. Spiritual Question and Intelektual
Queton (Zikir/Agama dan Pikir/Akal)
Artinya kemampuan keagamaan dan
keyakinan anak didik dikuatkan melalui dalil dari kitab yang tertulis dan
ayat-ayat yang tercipta supaya bisa diterima melalui akal yang sehat dan bisa
dibuktikan melalui pikiran yang sehat sesuai dengan intelektualitasnya
berdasarkan rujukan dan rumusnya. Karena agama diterima oleh akal dan wajib
hukumnya dibuktikan melalui akal yang sehat, maka manusia yakin betul akan
adanya Tuhan yang selalu melihat, takut betul akan dosa, dan ridha apa yang
terjadi terhadap dirinya. Pada akhirnya, jadilah manusia yang betul-betul
beriman lahir dan batin sehingga bisa berpikir yang cerdas dan positif dan akan
selalu sabar dan qona’ah serta berakhlaqul karimah. Namun, selama ini poin yang
ketiga ini belum banyak yang melaksanakan, walaupun pada dasarnya semua sudah
tahu dan mengerti.
3.
Tijauan teoritis
Teori
tentang kurikulum sederhana saja. Kehidupan manusia, betapapun bervariasinya,
merupakan kinerja dari aktivitas-aktivitas tertentu. Pendidikan yang
mempersiapkan anak-anak muda bagi kehidupan mereka adalah sesuatu yang
mempersiapkan mereka secara memadai dan meyakinkan bagi kegiatan-kegiatan tersebut.
Betapapun banyak dan bervariasinya kegiatan-kegiatan tersebut bagi kelas social
manapun, dapat diidentifikasi. Ini mengharuskan seseorang untuk terjun ke dunia
nyata dan menemukan contoh-contoh permasalahan kehidupan. Akan
teridentifikasilah kemampuan-kemampuan, sikap, kebiasaan-kebiasan, apresiasi
terhadap dan bentuk-bentuk pengetahuan yang diperlukan oleh manusia. Hal inilah
yang menjadi tujuan dari kurikulum. Tujuan-tujuan tersebut bermacam ragam,
jelas adanya dan khusus. Kurikulum kemudian menjadi serentetan pengalaman yang
harus dimiliki oleh anak-anak dan
generasi muda melalui dicapainya tujuan-tujuan dimaksud (1918: 42).
4.
Penjelasan
Pengembangan model merupakan proses
kegiatan penyusunan KTSP yang diharapkan menghasilkan suatu produk yaitu berupa
dokumen
tertulis KTSP
sebagai kurikulum ideal yang dapat dijadikan panduan dalam implementasi KTSP
oleh sekolah. Kegiatan pengembangan model dilakukan untuk memfasilitasi sekolah
dalam menyusun dokumen KTSP dengan mengacu pada langkah-langkah sebagaimana
yang dikemukakan BSNP dalam mengembangkan KTSP. Untuk menghasilkan dokumen tertulis
KTSP (KTSP ideal) dalam hal ini dilakukan melalui tahapantahapan berikut ini :
a. Penyusunan draf awal model dokumen KTSP
Penyusunan draf awal model dokumen KTSP yaitu berupa pemetaan kerangisi dokumen KTSP yang akan
dikembangkan. Draf ini disusun oleh tim peneliti, dengan mengacu pada hasil
kajian literatur dan studi lapangan. Hasil darf awal yang telah dikembangkan oleh
tim peneliti ini dijadikan bahan diskusi dengan kepala sekolah dan guru-guru,
serta komite sekolah. Draf awal dokumen KTSP tersebut merupakan produk awal yang
akan digunakan sebagai acuan dalam musyawarah kerja kepala sekolah dengan semua
elemen yang berkepentingan dalam penyusunan KTSP, yang dalam hal ini melibatkan
kepala dinas tingkat kecamatan dan para pengawas, guru-guru SD tersebut, komite
sekolah, dan tim ahli peneliti. Pada tahap ini dilakukan musyawarah kerja
sebagaimana yang diarahkan oleh BSNP.
5.
Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa KTSP merupakan singkatan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Dimana dari tim pusat hanya memberikan rancangan
dari kurikulum, sedangkan untuk pengembangannya diberikan kebebasan pada
sekolah masing-masing sesuai dengan potensi, karakteristik sekolah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik sekolah atau komite
sekolah namun berpedoman pada SKL dan SI dan sesuai dengan panduan penyusunan
kurikulum yang di buat oleh BNSP yang berdasarkan Permendikanas No. 22 Tahun
2006.
Adapun dalam pengembangan
KTSP ini hendaknya disesuaikan pada prinsip-prinsipnya sehingga nantinya dapat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pengembangannya, KTSP memiliki tiga
ranah model, yaitu student-centered
activities, Student Activity and
Thinking Skill, dan Spiritual Question and Intelektual Queton.
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan pembahasan hasil penelitian,
pada akhirnya kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Seiring dengan diberlakukannya KTSP, pada masa transisi ini
banyak sekolah yang belum menerapkan kurikulum buatan sendiri. Data empirik di
lapangan diketahui bahwa sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar, pada umumnya
masih menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan KTSP. Salah satu kendala
yang sangat prinsip adalah keluasan dan kedalaman pemahaman baik kepala sekolah
dan guru-guru pada umumnya sangat kurang dalam pengembangan dan implementasi
tentang KTSP. Dengan kata lain, pada umumnya kepala sekolah dan guru-guru
sekolah dasar belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun praktiknya di lapangan. Dengan demikian, maka pada dasarnya
mereka sangat membtuhkan adanya pihak-pihak yang kompeten dalam pengembangan
KTSP dapat memfasilitasinya untuk mengembangkan KTSP secara mandiri.
b. Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan
untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi,
kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh
sekolah. Untuk itu, dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
sekolah membentuk suatu tim untuk melaksanakan musyawarah kerja dalam menyusun
KTSP.
DAFTAR RUJUKAN
Sukmadinata
Syaodih nana. 1997. Pengembangan kurikulum : teori dan praktek. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Alvyanto.
/../ perkembangan kurikulum Indonesia . http//www.blogspot.com . diakses 29
januari 2012
Wawan
– juanidi/…/.blogspot.com. diakses 29 januari 2012
http//www.gudamg
materi. Com diakses 29 januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar