Sabtu, 02 Juni 2012

PENGEMBANGAN KURIKULUM


TUGAS INDIVIDU

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KTSP

MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM


Dosen pengampu

Prof. M. DIAH  M.Pd







Oleh :

JUMIATI
NIM  : 1109854







PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KERJA SAMA FKIP UNIVERSITAS RIAU DENGAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
PENDAHULUAN

1.    Latar belakang
Istilah kurikulum ini sebenarnya tidaklah istilah baru – akan tetapi cara kita memahaminya dan berteori tentangnya berubah-ubah dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun ini – dan tentang maknanyapun masih tersisa perdebatan. Akar katanya berasal dari bahasa Yunani yang artinya jalur (track) untuk berpacu lari. Secara harfiah maknanya adalah mata pelajaran. Dalam bahasa Latin, kurikulum adalah jalur (track) untuk berpacu lari; curre artinya berlari. Titik tolak penting bagi kita di sini bisa jadi defenisi yang ditawarkan oleh John Kerr dan yang digunakan oleh Vic Kelly dalam karya standarnya tentang masalah ini. Kerr mendefenisikan kurikulum sebagai “Semua pembelajaran yang direncanakan dan dibimbing oleh sekolah, apakah itu dilaksanakan secara berkelompok atau secara individual, di dalam atau di luar sekolah” (kutipan di dalam Kelly 1983; lihat juga Kelly 1999).
            Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
      Pengembangan KTSP (KTSP) berdasarkan SNP memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan SK dan KD; analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; serta analisis peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi.

2.      Masalah yang dikaji
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dimana dari tim pusat hanya memberikan rancangan dari kurikulum, sedangkan untuk pengembangannya diberikan kebebasan pada sekolah masing-masing sesuai dengan potensi, karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik sekolah atau komite sekolah, Madrasah atau komite madrasah. Adapun dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI,MTs, MA, MAK.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum yang telah ada agar lebih familier dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan untuk memiliki tanggung jawab yang memadai. Dimana penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan ini dimaksudkan agar Sistem Pendidikan Nasional selalu relevan dan kompetitif sehingga sejalan dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun landasan yang mendasari adanya KTSP ini yaitu UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, PP No. 19/2005 tentang SPN, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi. Sedangkan implementasinya berdasarkan pada Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL.
Dalam implementasinya, terdapat beberapa model pengembangan KTSP, antara lain:
1. Student-Centered Activities
Artinya bahwa kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik sehingga menciptakan iklim belajar yang kondusif yang dapat membangkitkan nafsu, semangat belajar. Dengan adanya iklim belajar yang kondusif akan memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar. Sebaliknya, iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Adapun iklim belajar yang kondusif dapat ditunjang dengan beberapa fasilitas, seperti: sarana Laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara peserta didik itu sendiri, penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
2. Student Activity and Thinking Skill
Artinya model pendekatan berdasarkan pada aktivitas kete rampilan berpikir peserta didik. Pengembangan KTSP memerlukan ruangan yang fleksibel, serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Sebagai contoh, luas ruangan dengan jumlah peserta didik perlu diperhatikan. Jika pembelajaran dilakukan di ruangan tertutup atau di tempat terbuka perlu diperhatikan gangguan-gangguan yang datang dari lingkungan sekitar. Sarana media pembelajaran juga perlu diatur dan ditata sedemikian rupa. Demikian halnya dengan penerangan jangan sampai mengganggu aktifitas belajar.
3. Spiritual Question and Intelektual Queton (Zikir/Agama dan Pikir/Akal)
Artinya kemampuan keagamaan dan keyakinan anak didik dikuatkan melalui dalil dari kitab yang tertulis dan ayat-ayat yang tercipta supaya bisa diterima melalui akal yang sehat dan bisa dibuktikan melalui pikiran yang sehat sesuai dengan intelektualitasnya berdasarkan rujukan dan rumusnya. Karena agama diterima oleh akal dan wajib hukumnya dibuktikan melalui akal yang sehat, maka manusia yakin betul akan adanya Tuhan yang selalu melihat, takut betul akan dosa, dan ridha apa yang terjadi terhadap dirinya. Pada akhirnya, jadilah manusia yang betul-betul beriman lahir dan batin sehingga bisa berpikir yang cerdas dan positif dan akan selalu sabar dan qona’ah serta berakhlaqul karimah. Namun, selama ini poin yang ketiga ini belum banyak yang melaksanakan, walaupun pada dasarnya semua sudah tahu dan mengerti.

3.      Tijauan teoritis
Teori tentang kurikulum sederhana saja. Kehidupan manusia, betapapun bervariasinya, merupakan kinerja dari aktivitas-aktivitas tertentu. Pendidikan yang mempersiapkan anak-anak muda bagi kehidupan mereka adalah sesuatu yang mempersiapkan mereka secara memadai dan meyakinkan bagi kegiatan-kegiatan tersebut. Betapapun banyak dan bervariasinya kegiatan-kegiatan tersebut bagi kelas social manapun, dapat diidentifikasi. Ini mengharuskan seseorang untuk terjun ke dunia nyata dan menemukan contoh-contoh permasalahan kehidupan. Akan teridentifikasilah kemampuan-kemampuan, sikap, kebiasaan-kebiasan, apresiasi terhadap dan bentuk-bentuk pengetahuan yang diperlukan oleh manusia. Hal inilah yang menjadi tujuan dari kurikulum. Tujuan-tujuan tersebut bermacam ragam, jelas adanya dan khusus. Kurikulum kemudian menjadi serentetan pengalaman yang harus dimiliki  oleh anak-anak dan generasi muda melalui dicapainya tujuan-tujuan dimaksud (1918: 42).

4.      Penjelasan
Pengembangan model merupakan proses kegiatan penyusunan KTSP yang diharapkan menghasilkan suatu produk yaitu berupa dokumen
tertulis KTSP sebagai kurikulum ideal yang dapat dijadikan panduan dalam implementasi KTSP oleh sekolah. Kegiatan pengembangan model dilakukan untuk memfasilitasi sekolah dalam menyusun dokumen KTSP dengan mengacu pada langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan BSNP dalam mengembangkan KTSP. Untuk menghasilkan dokumen tertulis KTSP (KTSP ideal) dalam hal ini dilakukan melalui tahapantahapan  berikut ini :
a. Penyusunan draf awal model dokumen KTSP
Penyusunan draf awal model dokumen KTSP yaitu berupa  pemetaan kerangisi dokumen KTSP yang akan dikembangkan. Draf ini disusun oleh tim peneliti, dengan mengacu pada hasil kajian literatur dan studi lapangan. Hasil darf awal yang telah dikembangkan oleh tim peneliti ini dijadikan bahan diskusi dengan kepala sekolah dan guru-guru, serta komite sekolah. Draf awal dokumen KTSP tersebut merupakan produk awal yang akan digunakan sebagai acuan dalam musyawarah kerja kepala sekolah dengan semua elemen yang berkepentingan dalam penyusunan KTSP, yang dalam hal ini melibatkan kepala dinas tingkat kecamatan dan para pengawas, guru-guru SD tersebut, komite sekolah, dan tim ahli peneliti. Pada tahap ini dilakukan musyawarah kerja sebagaimana yang diarahkan oleh BSNP.
5.      Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dimana dari tim pusat hanya memberikan rancangan dari kurikulum, sedangkan untuk pengembangannya diberikan kebebasan pada sekolah masing-masing sesuai dengan potensi, karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik sekolah atau komite sekolah namun berpedoman pada SKL dan SI dan sesuai dengan panduan penyusunan kurikulum yang di buat oleh BNSP yang berdasarkan Permendikanas No. 22 Tahun 2006.
Adapun dalam pengembangan KTSP ini hendaknya disesuaikan pada prinsip-prinsipnya sehingga nantinya dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pengembangannya, KTSP memiliki tiga ranah model, yaitu student-centered activities, Student Activity and Thinking Skill, dan Spiritual Question and Intelektual Queton.
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan pembahasan hasil penelitian, pada akhirnya kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Seiring dengan diberlakukannya KTSP, pada masa transisi ini banyak sekolah yang belum menerapkan kurikulum buatan sendiri. Data empirik di lapangan diketahui bahwa sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar, pada umumnya masih menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan KTSP. Salah satu kendala yang sangat prinsip adalah keluasan dan kedalaman pemahaman baik kepala sekolah dan guru-guru pada umumnya sangat kurang dalam pengembangan dan implementasi tentang KTSP. Dengan kata lain, pada umumnya kepala sekolah dan guru-guru sekolah dasar belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun praktiknya di lapangan. Dengan demikian, maka pada dasarnya mereka sangat membtuhkan adanya pihak-pihak yang kompeten dalam pengembangan KTSP dapat memfasilitasinya untuk mengembangkan KTSP secara mandiri.
b. Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi,
kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh
sekolah. Untuk itu, dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sekolah membentuk suatu tim untuk melaksanakan musyawarah kerja dalam menyusun KTSP.






















DAFTAR RUJUKAN

Sukmadinata Syaodih nana. 1997. Pengembangan kurikulum : teori dan praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Alvyanto. /../ perkembangan kurikulum Indonesia . http//www.blogspot.com . diakses 29 januari 2012
Wawan – juanidi/…/.blogspot.com. diakses 29 januari 2012
http//www.gudamg materi. Com diakses 29 januari 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar